Di sebuah gang sempit, tampak seorang kakek berjalan tertatih sambil memikul dua buah karung besar berisi tisu. Namanya Abah Suhana, 82 tahun seorang penjual tisu keliling. Sering kali ia diklakson, disuruh minggir, dianggap menghalangi jalan padahal Abah hanya ingin jualan untuk bertahan hidup.
Abah tinggal sendiri di kamar kos sempit dan pengap, tanpa satu pun keluarga yang peduli. Untuk bayar kos Rp400 ribu, ia harus keliling jualan tisu, meski sering pulang tanpa hasil. Kadang uangnya hilang dicuri saat ia tertidur kelelahan, dan pulang hanya untuk meneguk air putih pengganjal lapar.
Satu bungkus tisu dijual dengan harga tiga ribu sampai delapan ribu rupiah yang untungnya cuma dua ribu. Dalam sehari, kadang cuma bawa pulang sepuluh ribu. Dengan tubuh yang makin rapuh dan suara yang sulit terdengar jelas karena usia, Abah tetap berusaha bertahan.
Padahal, Abah masih punya keluarga di kampung. Tapi tak satu pun benar-benar peduli. Bahkan anak angkatnya malah pernah meminta uang darinya. Justru uluran bantuan datang dari tetangga kosnya Pak Engkun yang sesekali bantu masak atau mencuci baju. Tapi untuk hidup, Abah tetap harus berjuang sendiri.
Betapa pilu melihat Abah Suhana terus melangkah sendirian di sisa usianya.
Yuk, bantu Abah agar bisa tinggal di tempat yang lebih layak, makan dengan cukup, dan berjualan dengan lebih manusiawi.
Belum ada Fundraiser