
Abah Daryo di usia 64 tahun masih harus menyusuri jalanan kota sejauh 50 km demi menjajakan dandang nasi dari seng. Di usia yang sudah tak muda lagi, tubuhnya sering pegal dan kram, tapi demi keluarga yang menggantungkan harapan padanya, Abah tetap memikul beban dagangan sambil menahan rasa sakit.

Bukannya laku, dandang-dandang yang ia bawa sering rusak sebelum sempat dijual. Terbentur sana-sini di jalan yang ramai, membuat bosnya enggan menanggung kerugian. Abah pun harus mengganti barang rusak itu sendiri. Ironisnya, dandang yang tak layak jual juga tak laku dijual ke rongsok. Akhirnya, rongsokan dandang itu cuma menumpuk di sudut rumah kecilnya, sementara penghasilan dari jualan hanya 50–100 ribu seminggu.

Untuk bisa tetap kuat jualan, Abah hanya mengandalkan minuman instan murahan agar tak merasa lemas. Tapi efeknya? Sering diare. Tetap, Abah memilih itu karena tak ada pilihan lain. Dan selama berjualan di luar kota, Abah hanya bisa pulang seminggu sekali demi menghemat ongkos. Semua ia jalani dalam diam karena menyerah bukan pilihan.

Andai saja Abah punya modal untuk berjualan yang lebih layak, ia tak perlu terus menanggung rugi. Tak harus takut dandangnya rusak, tak harus memaksakan tubuh tuanya untuk terus berpindah tempat hanya demi sesuap nasi. Bantuan darimu bisa jadi harapan yang selama ini ia cari.
Yuk bantu Abah Daryo putar nasib. Agar ia bisa berdagang dengan layak, sehat, dan bermartabat. Klik tombol donasi sekarang, sekecil apapun bantuannya, sangat berarti bagi Abah.


![]()
Belum ada Fundraiser