
Ada perjuangan luar biasa dari seorang guru bernama Pak Ahmad (45). Setiap hari, beliau menahan sakit sambil berjalan mundur menuju ruang kelas. Tak banyak yang tahu, di balik pakaian panjangnya, tubuh Pak Ahmad dipenuhi benjolan-benjolan besar yang terus tumbuh sejak 10 tahun lalu.

Ternyata, langkah mundur itu bukan tanda menyerah. Justru itu caranya untuk tetap maju. “Kalau berhenti, murid-murid saya enggak bisa belajar,” ujarnya.
Di area tangannya, benjolan kerap pecah dan berdarah. Saat itu terjadi, beliau hanya bisa membungkusnya dengan tisu seadanya. Sakitnya kerap digambarkan seperti dipatuk ular. Tapi meski rasa sakit itu menyiksa, semangat Pak Ahmad untuk mengajar tak pernah padam.

Kini, sakitnya makin parah. Tangan, kaki, dan sebagian besar tubuhnya telah dipenuhi benjolan besar yang kaku dan mengganggu gerak. Dari sepuluh jarinya, hanya dua jari kanan yang masih berfungsi untuk memegang spidol saat mengajar.
Setiap malam, beliau tidur dalam posisi duduk karena tak kuat berbaring lama. Namun keesokan harinya, beliau tetap berangkat mengajar dengan langkah tertatih, berbekal niat mengabdi bagi anak-anak kampungnya belajar.

Semenjak istrinya pergi meninggalkannya, Pak Ahmad harus berjuang seorang diri. Ia bukan hanya seorang guru bagi murid-muridnya, tapi juga ayah bagi anaknya yang masih sekolah.
Dengan penghasilan minim, tak ada ruang untuk biaya berobat. Padahal dokter menyarankan agar ia segera dirujuk ke rumah sakit besar yang memiliki peralatan lebih lengkap. Namun, semua itu tinggal harapan karena biaya transportasi saja ia sudah tak sanggup menanggungnya.
Kerabat, Pak Ahmad sudah berjuang sejauh ini agar tetap bisa mengajar meski rasa sakit terus menghantam tubuhnya. Yuk, bantu Pak Ahmad agar bisa mengajar tanpa rasa sakit lagi. Uluran tanganmu hari ini, agar besok beliau bisa melangkah maju tanpa harus berjalan mundur lagi.

![]()
Belum ada Fundraiser