Dialah Mak Titi (100th). Setiap pagi, sebelum matahari terbit, Mak Titi keluar dari rumah membawa dagangan seperti telur asin, gorengan, dan kacang untuk dijual. Meski tubuhnya lemah dan langkahnya tertatih, ia tetap berkeliling menjajakan jualannya demi bisa makan hari itu.
Beliau tak pernah berharap banyak, tak ada mimpi besar. Hanya ingin diberikan kecukupan untuk menyambung hidup bersama anak dan cucu yang menumpang hidup di rumah seadanya. Sejak suami yang ia cintai pergi tiga tahun lalu, hidupnya terasa begitu berat.
Malang, musibah tanpa diundang menghampiri Mak Titi. Angkot yang ditumpanginya melaju ugal-ugalan. Di tengah tubuhnya yang sudah renta dan keseimbangan yang tak lagi kuat, Mak terjatuh saat hendak turun. Kepalanya menghantam aspal, luka robek, dan darah mengucur deras.
Luka di kepalanya harus dijahit, sementara tubuh rentanya sebenarnya sudah sangat membutuhkan istirahat. Namun belum genap pulih, Mak Titi harus kembali jualan. Rasa sakit ia tahan, karena ia tahu jika tidak jualan keluarganya akan kelaparan.
Uang dari hasil jualannya tak pernah cukup, tak ada sisa untuk simpanan. Setiap rupiah langsung habis untuk bertahan hidup esok hari. Ia bahkan tak tahu, sampai kapan tubuhnya sanggup menanggung semua ini.
Andai hidup memberinya pilihan, mungkin Mak Titi ingin beristirahat. Tapi hingga hari ini, ia masih harus terus berjalan demi bertahan. Kamu bisa bantu ringankan langkahnya, agar Mak Titi bisa mulai beristirahat dengan layak!
Belum ada Fundraiser