Kemiskinan menjadi salah satu faktor yang membuat anak-anak tak bisa menikmati masa tumbuh kembangnya. Ketika anak seharusnya bisa dengan leluasa menerka-nerka dunianya lewat bermain dan belajar, kondisi ekonomi yang mencekik mengharuskan mereka untuk melewatkan masa-masa tersebut dan menempatkan anak pada peran yang tak semestinya dilakukan di usianya, yaitu bekerja untuk memperjuangkan nafkah sehari-hari. Seperti kisah Mutia (9 th) yang harus menjadi ‘dewasa’ sebelum waktunya.
Sejak ayahnya meninggal dunia karena penyakit paru-paru, hidup Mutia yang saat itu masih 7 tahun berputar balik dengan cepat. Ia tak punya waktu untuk berduka lantaran harus segera menopang ekonomi keluarga yang hendak runtuh. Sejak saat itu Mutia tak lagi menjadi tanggungan nafkah melainkan menjadi pencari nafkah.
Mutia memulai harinya dengan berjualan aneka kue basah keliling dengan berjalan kaki sejak subuh hingga jam masuk sekolah. Kembali dilanjut Setelah pulang sekolah hingga pukul 9 malam. Mutia bahkan sempat berjualan selama jam istirahat di sekolahnya, namun hal tersebut tak ia lanjutkan karena muncul ejekan dari teman-teman seusianya.
Sudah 2 tahun lamanya rutinitas tersebut dijalankan Mutia tanpa banyak berkeluh kesah. Pasalnya hingga kini keluarganya dilanda berbagai kesulitan, Sang ibu tiba-tiba menderita sakit yang mengharuskannya dirawat di rumah sakit. Tanpa memiliki dana darurat, Mutia harus mengumpulkan biaya berobat lewat penjualannya. Kebutuhan sehari-hari terpaksa disisihkan terlebih dahulu.
Hal ini pun membuat Mutia terpaksa menunggak pembayaran kontrakan. Bukannya dimaklumi atas kondisinya, Mutia justru menerima ancaman akan diusir dari kontrakannya!
Terbayang-bayang dengan ancaman dan tagihan rumah sakit yang belum terbayar, Mutia terpaksa melewatkan sekolah agar bisa terus berjualan. Sepanjang berjualan, ia dipenuhi rasa takut dan khawatir sendirian. Ia tak ingin mengecewakan keluarga kecilnya bila harus sampai kehilangan tempat berlindung di tengah-tengah kesulitannya.
Kerabat, Mutia yang seharusnya fokus belajar dan bermain justru harus mengemban tanggung jawab yang begitu besar. Cerita tersebut juga tak hanya dialami oleh Mutia saja. Masih banyak Anak pejuang nafkah lain yang dihadapkan dengan kondisi serupa. Mereka sangat memerlukan uluran tanganmu, jangan biarkan berjuang sendirian! Kirimkan donasi terbaikmu dengan cara:
Terima kasih,
Ruang Kita Peduli
___
Ikuti update aktivitas program ini melalui :
Instagram, Tiktok, Facebook: @ruangkitapeduli
Website: ruangkitapeduli.org
Belum ada Fundraiser