Help! Bantu Ibu Penjual Tisu Bisa Sembuh

“Dari tadi sepi ga ada yang beli, padahal ibu lagi kumpulin biaya berobat...” ucap Ibu Suryati sembari tersedu-sedu

Terdengar seperti modus padahal nyatanya, Bu Suryati (68 th) tengah berupa keras melawan kanker paru-paru yang bersarang ditubuhnya. Rasa takut yang tak berujung selalu membayangi setiap langkah kakinya saat ia berjualan tisu keliling di jalanan demi bisa melanjutkan kemoterapi yang sempat tertunda.

Sekitar setahun yang lalu, Bu Suryati mendapat diagnosis kanker paru-paru dan segera dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan intensif selama kurang lebih 1,5 bulan. Biaya pengobatan yang terus membengkak, membuat dirinya memutuskan untuk berhenti menjalani proses kemoterapi apalagi ada sang anak yang juga menderita penyakit paru-paru kronis dan membutuhkan kehadirannya dirumah. 

Keduanya tinggal disepetak rumah kontrakan yang telah lama biaya sewanya tak mereka bayar. Tak disangka tunggakan kontrakan tersebut membuat keduanya diusir dan kehilangan usaha nasi kuning yang telah lama menyokong kehidupannya. Dampaknya, keluarga ini kalang kabut harus bertahan di perantauan dengan segala keterbatasannya.

Dengan modal seadanya, Bu Suryati memutuskan untuk berjualan tisu dijalanan. Pekerjaan tersebut seringkali disepelekan oleh banyak orang lantaran dianggap tak berdaya upaya tinggi. Namun, dengan kondisi penyakit kronis yang diderita, pekerjaan tersebut justru semakin memperburuk kondisi kesehatannya. 

Penghasilan yang tak menentu sudah menjadi realita yang terus menghantam. Dari setiap tisu yang terjual, beliau hanya mendapatkan untung Rp 1.000 saja.

Selain itu, sudah menjadi kepastian dalam rutinitasnya bahwa sesak nafas akan menghambat pekerjaannya. Di sela-sela berjualan, Bu Suryati harus banyak beristirahat untuk mengatur nafasnya. Namun, hal ini membuatnya kerap kesulitan bersaing dengan penjual tisu yang lain. “Laku satu bungkus saja susah. Saya cuma takut meninggal di jalan dalam keadaan sakit dan kelaparan,” tutur Bu Suryati

Bahkan pernah satu waktu ketika Bu Suryati tengah beristirahat di emperan jalanan akibat sesak nafas dan hampir pingsan, beliau justru diusir oleh preman setempat yang menyangka Bu Suryati berniat berjualan di lapak milik mereka. Hanya karena Bu Suryati menenteng dagangan tisu membuatnya langsung diusir.

Beliau sering merasa sedih dengan bagaimana orang-orang di ruang publik sering dengan mudah mengusirnya ketika ia mengalami kondisi yang kritis. Alih-alih bersimpati atau mendapat pertolongan, Bu Suryati seolah dianggap mengganggu. Padahal yang beliau lakukan pun hanya mencari rezeki yang halal untuk kelangsungan hidupnya.

Dengan banyaknya kesulitan yang terjadi, Bu Suryati sering teringat kembali dengan usaha nasi kuning yang dulu dijalankannya. Beliau ingin sekali bisa membuka usaha tersebut agar bisa memperoleh penghasilan yang stabil dan bisa menjamin untuk memenuhi kebutuhan biaya pengobatan dan perawatan lanjutan.

Kerabat peduli, mari bersama-sama kita ringankan kesulitan yang telah lama membebani Bu Suryati dan Anaknya. Kerabat dapat berpartisipasi dengan cara:

Terima kasih,

Ruang Kita Peduli

___

Ikuti update aktivitas program ini melalui :

Instagram, Tiktok, Facebook: @ruangkitapeduli

Website: ruangkitapeduli.org

Baca selengkapnya ▾