Panas terik siang ini benar-benar menyengat. Abah Kanan membuka plastik air minum yang tersisa, bukan untuk diminum, tapi untuk membasahi kepalanya yang terasa terbakar. Abah masih setia di samping sepedanya, dua pintu kayu terikat erat di samping, namun tetap belum ada satupun yang laku.
Hari-hari Abah Kanan selalu diisi dengan mendorong sepedanya keliling kampung. Menjajakan barang berat yang jarang dicari orang setiap hari. Itulah sebabnya ia sering pulang dengan wajah letih, karena belum ada pembeli yang benar-benar membutuhkan.
Kebutuhan terus menekan, kontrakan yang harus dibayar, istri di rumah yang tengah sakit, dan kebutuhan makan sehari-hari yang tak bisa ditunda. Sementara, pintu-pintu kayu itu tetap berdiri kokoh di sepedanya, seolah menjadi beban sekaligus saksi perjuangannya.
Abah bahkan sudah menurunkan harga pintunya jauh di bawah pasaran. Ia berharap ada orang yang merasa perlu, meski hanya satu pintu saja. Namun kenyataannya, kondisi daya beli masyarakat yang menurun membuat barang dagangannya tetap tak tersentuh. Hari berganti, pintu itu lagi dan lagi ikut pulang bersamanya.
Abah hanya ingin bisa bertahan hidup, membayar kontrakan, dan membeli obat untuk istrinya. Kamu bisa menjadi alasan sederhana kenapa Abah tidak harus terus pulang dengan tangan kosong.
Belum ada Fundraiser