Satu Bulan Penuh arangnya belum tersentuh pembeli. Tubuhnya makin kurus, namun tetap berusaha langkahkan kaki..
Abah Rahmat yang kini berusia 57 tahun harus berusaha bertahan hidup dengan menjual arangkayu ditepian kota sumedang.
Beliau berkeliling setiap hari menyusuri jalan melewati rumah ke rumah menawarkan setiap orang yang ditemui. Sekarung arang ia jual seharga RP. 15.000, namun ketika ada yang menawar murah ia ikhlaskan barang dagangannya asal laku terjual.
Kalau misalkan ada yang tawar 10 ribu per karung juga gak apa-apa, yang penting dapat Abah manfaatkan untuk beli beras dan kebutuhan lainnya,” ujar Abah.
Bukan tanpa alasan, kerap kali jualan arang kayunya sepi peminat hingga buat beliau kerapkali harus tahan lapar dan rasa sakit pada lambungnya.
Tak banyak yang tau beratnya perjuangan abah dalam mengumpulkan arang tersebut. Beliau harus terjun terlebih dahulu menuju sungai disamping rumah tuk mengumpulkan kayu-kayu atau bambu yang terbawa arus.
Kayu tersebut kemudian dikeringkan selama berminggu-minggu baru bisa dibakar dan dijadikan arang. Sebulan kemudian baru ia bisa langkahkan kaki dijalanan.
Namun, usaha sebulan penuh Abah Rahmat tak selalu menjamin perutnya akan terisi. Ketika sekarung arang tak terjual, terpaksa Abah gunakan arangnya sedikit demi sedikit untuk memasak air minum untuk tunda rasa laparnya berhari-hari.
Meskipun hidup dengan kondisi terjepit, Abah Rahmat tetap memiliki keteguhan hati dalam menjalani ikhtiarnya. Ia meyakini sebaik-baiknya rezeki ialah rezeki yang diperoleh dari usaha sendiri. Di tengah keterbatasan, selalu muncul rasa bersyukur dalam dirinya.
Kerabat, mari dampingi perjuangan Abah Rahmat dan lansia dhuafa lainnya. Bantu mereka hidup layak dihari tua dengan cara:
Terima kasih,
Ruang Kita Peduli
___
Ikuti update aktivitas program ini melalui :
Instagram & Facebook: @ruangkitapeduli
website: ruangkitapeduli.org