Seringkali rasa lapar menghadang semangat kita dalam menjalani aktivitas, namun berbeda dengan Abah Bandi (80 tahun). Rasa lapar yang tak terhindarkan mendorongnya untuk berkeliling jualan arumanis.
Dalam kondisi stroke sekalipun, saat sebelah tangan dan kakinya sulit digerakkan, Abah Bandi tertatih-tatih melangkahkan kaki yang gemetar agar keluarga kecilnya tak alami kelaparan.
Kadang ketika berjualan, Abah tak sanggup menahan air matanya. Ia sering sedih karena merasa mengecewakan sang istri yang harus tahan rasa lapar bersamanya.
Abah berjualan sebisa mungkin dengan untung hanya Rp. 1.000 saja. Tak jarang Abah pun kerap pulang dengan tangan kosong. Beliau lebih memilih tahan laparnya dan kembali berjuang lagi di hari esok.
Penghasilan yang sangat minim membuat Abah tak memiliki kesempatan untuk mengobati penyakit strokenya. Bila merasa lelah, Abah biasakan istirahat sejenak, lalu lanjut lagi paksakan langkahnya untuk berjualan dengan sisa tenaga yang ia punya. Setiap receh demi receh yang terkumpul selalu Abah panjatkan syukur di dalamnya dan kuatkan lagi semangatnya.
Namun, ada saja kondisi yang kerap melunturkan semangatnya. Seperti terkadang ada pembeli yang memberikan uang dalam kondisi telah robek dan rusak hingga buat dirinya merugi ketika berjualan.
“Abah kumpulkan uang hasil jualan hari ini, pengen beli beras. Tapi pas mau beli katanya uang abah gak laku, udah pada sobek. Beruntung penjualnya baik jadi berasnya tetep dikasih. Abah malu dan sedih,” ucap Abah Bandi terbata-bata.
Orang baik, begitu sulitnya perjuangan yang Abah Bandi lalui untuk sekedar makan sehari. Belum lagi tak selalu keberuntungan hadir di setiap hari yang ia jalani.
Mari bersama-sama ringankan perjuangan Abah Bandi agar tak lagi di tengah sakitnya ini menangis karena tahan rasa laparnya. Mari penuhi kebutuhan pangan Abah Bandi dengan cara:
Salam Hangat,
Ruang Kita Peduli
Instagram, Facebook, Tiktok: @ruangkitapeduli
website: ruangkitapeduli.org
Belum ada Fundraiser